Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Barang-Barang yang Sering Dibawa Saat Mengantar Linto, Apakah Makna dari Barang-Barang Itu.


Pernahkah terpikirkan oleh anda, disaat anda mengantar linto baro, ada beberapa barang yang biasanya dibawa oleh rombongan laki-laki seperti Kelapa Bertunas (U Timoh), Peuleuman Si Aso, Rumah Adat Aceh (Peurakan) , U Teulason, Pisang Meuteundon, Teubee Meu’on dan barang-barang lain seperti barang keperluan seperti Pakaian, peralatan ibadah, kosmetik, sandal/sepatu, peralatan mandi, pakaian dalam, dan lain-lain.

Apakah barang itu hanya dibawa sebagai pelengkap pesta perkawinan ?, atau apakah barang-barang itu mempunyai makna dan pilosofi ?, dari hasil penelusuran saya, saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang timbul dalam diri saya.

1. U Timoh yaitu kelapa yang telah bertunas (biasanya 2 lembar) sebagai perlambang bahwa hari ini adalah titik awal membina bahtera keluarga dan diharapkan dapat tumbuh laksana tumbuhnya pohon kelapa dimana setiap bagiannya memiliki manfaat dan tidak ada yang sia-sia.

2. Peuleuman Si Aso isinya yaitu padee leukat (padi ketan), tarok labu dan tarok ranub (tunas labu dan tunas sirih). Diletakkan dalam peuleuman (seperti mangkok keramik), nantinya peuleuman ini akan diletakkan di bawah tempat tidur kamar pengantin. Perlambangan dari hal ini adalah bahwa hidup berkeluarga itu dimulai pelan-pelan, dia akan terus tumbuh dan mengakar dalam masyarakat maka jadilah seperti labu atau sirih yang dapat beradaptasi dalam setiap kondisi dan tetap menonjol meskipun dalam semak belukar.

3. Peurakan atau Rumah Adat  yang di dalamnya berisi limun, gula, susu, teh, kopi, sabun cuci (untuk cuci piring kenduri), makanann ringan. Barang-barang ini biasanya dibagikan kepada geuchik (Kepala Desa), imum, ureung tuha gampong dan anak-anak sebagai pertanda persahabatan dari pihak Linto.

4. U teulason, yaitu kelapa yang tidak muda dan tidak tua yang dikupas tapi masih tetap memiliki sebagian kulit. Kelapa ini dimaksudkan untuk bahan  memasak dirumah Dara Baro, pada keesokan harinya saat berbenah selesai acara Preh Linto. Biasanya untuk bahan memasak kuah leumak.

5. Pisang Meuteundon, yaitu pisang bertandan. Dahulu, pisang yang dibawa adalah pisang klat barat (pisang raja).Mengingat sekarang sulit untuk mendapatkan Pisang raja, maka diganti dengan pisang ayam. Kegunaannya sama seperti u teulason. Pisang ini dapat dijadikan makanan/snack (pisang goreng, leughok, dll) saat mereka bekerja.

6. Teubee Meu’on, yaitu tebu yang memiliki daun. Tebu ini akan dibagikan kepada anak-anak yang ibunya turut serta dalam membantu benah-benah di rumah Dara Baro agar mereka tidak mengganggu pekerjaan ibunya.

Dari penjelasan di atas dapat kita maknai bahwa sesuatu yang dilakukan dan menjadi adat istiadat mempunyai arti dan pilosofi tersendiri. Para nenek moyang kita begitu hebatnya memaknai sesuatu dengan mengibaratkan pada sebuah benda-benda yang ada di sekitar hidup kita. Dengan mengetahui makna dari apa kita lakukan, akan menambah kecintaan kita pada budaya kita sendiri, dan saat melakukan aktivitas itu kita tahu dan merasa puas atas apa yang kita lakukan ini merupakan budaya yang mempunyai makna yang baik. Dengan membaca artikel singkat ini, mudah-mudahan dapat menjadi tambahan informasi dan ilmu yang bermanfaat, saya berharap tambahan informasi dari kawan-kawan yang lebih tahu tentang budaya Aceh itu sendiri. Kawan-kawan dapat berkomentar di bawah artikel ini.
Sumber : Khamisna Zulaili, S.Si
Ibu Misbahul Jannah  (kabag Aset DPKKD Aceh Utara), Ahli Adat Istiadat Aceh Utara
H. Abdullah Basuki (Kabid Pusaka Adat/Budaya MAA Aceh Utara)
T. Syamsul fajri, S.Sos (Sekretaris MAA Aceh Utara)





Post a Comment for "Barang-Barang yang Sering Dibawa Saat Mengantar Linto, Apakah Makna dari Barang-Barang Itu."