Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keluarga Sadar Bencana

yuniskhan.blogspot.com

Keluarga Sadar BencanaIndonesia merupakan negara yang memiliki gunung api aktif terbanyak di dunia yakni sebanyak 127 buah, dimana beberapa diantaranya pernah meletus dan letusannya merupakan letusan gunung api terkuat yang pernah terjadi di dunia.

Indonesia juga terletak di jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik yang menyebabkan Indonesia rawan akan gempa bumi dan Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia yang juga menyebabkan sebagian besar kawasan pesisir pantai Indonesia rawan terlanda tsunami.

Selain itu, Indonesia juga memiliki iklim tropis yang menyebabkan sering terjadi banjir, tanah longsor, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan serta abrasi dan gelombang ekstrim di beberapa wilayah Indonesia. Pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk menyebabkan Indonesia berpotensi akan ancaman kecelakaan industri dan wabah penyakit.

Menurut ‎Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 2341 bencana. Rincian kejadian bencana tersebut terdiri dari banjir (787 kejadian), puting beliung (716), tanah longsor (614), kebakaran hutan dan lahan (96), banjir dan tanah longsor (76), kekeringan (19), gempabumi (20), gelombang pasang dan abrasi (11), dan letusan gunungapi (2).

Sekitar 99 persen bencana yang terjadi di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca dan aliran permukaan. Dampak yang timbul akibat bencana selama tahun 2017, tercatat 377 orang meninggal dan hilang, 1.005 orang luka-luka dan 3.494.319 orang mengungsi dan menderita.

Kerusakan fisik akibat bencana meliputi 47.442 unit rumah rusak terdiri dari 10.457 rusak berat, 10.470 rusak sedang dan 26.515 rusak ringan, sementara itu 365.194 unit rumah terendam banjir, dan 2.083 unit bangunan fasilitas umum rusak. 1.272 unit fasilitas pendidikan, 698 unit fasilitas peribadatan dan 113 fasilitas kesehatan. (Tribunnews, 29/12/2017).

Berdasarkan penjelasan di atas sudah seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia  sadar akan ancaman bencana, kita tidak bisa menghentikan bencana, akan tetapi kita dapat mengurangi risiko yang disebabkan bencana, yaitu dengan cara menyiapkan diri kita, keluarga dan komunitas dengan ilmu pengetahuan, yang diharapkan nantinya dapat menyelamatkan banyak nyawa.

Kesiapsiagaan Keluarga

Berdasarkan Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, disebutkan pengertian keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).

Menjadi Ayah adalah impian setiap pria, Ayah sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman anggota keluarganya dari ancaman bencana.

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Keluarga siaga dimulai dari Ibu yang tangguh, ibu-ibu yang tangguh akan melahirkan generasi-generasi yang sadar dan peduli akan kesiapsiagaan bencana.

Anak-anak sejak dini perlu dibekali dengan pengetahuan kesiapsiagaan. Tujuannya adalah agar anak-anak terbiasa memiliki prilaku dan sikap yang akan tertanam di dalam jiwa mereka. Ketika sudah tertanam di dalam jiwa, prilaku dan sikap mereka, maka akan tumbuh budaya sadar bencana di dalam keluarga dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Kesiapsiagaan keluarga adalah pondasi ketangguhan Negara terhadap bencana. Keluarga yang memiliki kelentingan atau cepat pulih pascabencana menyumbang porsi terbesar dalam ketangguhan bangsa. Keluarga yang siaga akan mendukung kesiapsiagaan dan upaya pengurangan risiko sebagai sebuah budaya bagi peradaban Indonesia.

Manajemen Bencana dalam Keluarga

Di dalam Manajemen Bencana dikenal dengan istilah siklus bencana, ada tiga siklus bencana yaitu Prabencana, Saat Bencana dan Pascabencana. Pada tahap prabencana yang perlu dilakukan dalam keluarga ialah dengan mengenali ancaman di sekitar rumah, mengenali ancaman dapat dilakukan dengan cara observasi dan menanyakan apakah daerah tempat tinggal kita pernah terkena bencana seperti banjir, longsor, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dan lain-lain kepada warga yang sudah lebih lama tinggal dari kita atau bisa juga menanyakan kepada BPBD di sekitar tempat tinggal kita.

Selanjutnya membuat rencana darurat untuk keluarga yang didiskusikan dengan semua anggota keluarga baik Ayah, Ibu, anak ataupun saudara atau pembantu yang ada di rumah, gunanya agar difahami oleh semua penghuni rumah.

Setelah itu tentukan juga jalur evakuasi sehingga mempermudah keluarga menuju tempat aman yang telah disepakati. Gunakan peta interaktif guna menentukan jalur evakuasi dan titik kumpul.

Penentuan titik kumpul disaat anda tidak dapat menjangkau rumah karena berbagai hal yang disebabkan bencana. Penentuan titik kumpul yang disepakati anggota keluarga akan mengurangi kepanikan disaat keluarga tidak bisa terkumpul karena disebabkan sedang menjalankan aktivitas sehari-hari, baik di kantor, sekolah ataupun di pasar. Diharapkan dengan adanya titik kumpul maka akan menghemat waktu pertemuan dan tidak ada saling mencari antara satu dengan yang lain dan tentunya akan membuang waktu.

Seringkali terjadi disaat bencana secara insting seorang Ibu akan menuju sekolah untuk menyelamatkan anak-anaknya, dan sianak cepat-cepat ingin pulang karena merasa rumahlah tempat yang paling aman. Namun dalam proses ini bisa jadi orang tua dan anak tidak bertemu, dikarenakan jalan yang mereka lalui berbeda dan dalam hal ini akan menambah kepanikan.

Pentingnya menulis nomor-nomor darurat dalam buku khusus, jangan hanya mengandalkan handphone, BB anda, untuk media penyimpanan, bisa saja di saat bencana handphone anda rusak dan tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Selanjutnya siapkan tas darurat dan siapkan Tas Pertolongan Pertama (First Aid) kemudian isilah tas-tas tersebut. Sediakanlah APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Kemudian pelajarilah bagaimana cara memberikan pertolongan pertama, menggunakan alat-alat darurat dan juga bagaimana menggunakan APAR. Anda bisa meminta bantuan BPBD atau Pemadam Kebakaran untuk tahu bagaimana cara menggunakannya.

Isi Tas Darurat Anda dengan makanan dan minuman untuk sejumlah keluarga anda, dengan prediksi dapat bertahan selama 3 hari. Masukkan lampu senter dan batere cadangan, power bank yang sudah terisi penuh untuk tenaga cadangan alat komunikasi anda. Masukkan baju secukupnya, selimut, kantong tidur, perlengkapan dan keperluan kelompok rentan (kanak-kanak dan balita, lansia dan ibu hamil serta anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu). Letakkan tas darurat, tas PP dan APAR diposisi yang mudah dilihat dan mudah dijangkau namun jauh dari jangkauan anak-anak.

Amankan Rumah dengan cara mengidentifikasi bagian-bagian rumah yang berbahaya, misalkan mengamankan kaca dengan melapisi kaca dengan plastik transparan, gunanya agar ketika kaca pecah saat gempa tidak akan langsung jatuh ke lantai yang dapat membahayakan kita. Menguatkan posisi lemari agar tidak jatuh atau rubuh disaat ada guncangan gempa yang kuat dengan cara mengikat lemari ke dinding menggunakan engsel di sisi lemari dan sisi tembok juga lakukan simulasi bersama seluruh anggota keluarga.

Pada tahap terjadinya bencana yang perlu dilakukan dalam keluarga ialah melindungi diri, contoh saat terjadinya gempa lindungi kepala dengan tas, atau benda-benda lainnya, dengan tujuan jika ada benda yang jatuh dari atas maka tidak akan terbentur langsung dengan kepala.

Keluar dari rumah atau bangunan menuju lapangan terbuka saat gempa terjadi, jika tidak sempat keluar maka berlindunglah di bawah kolong meja.Jauhi kaca, jika terjadi gempa bumi, karena dikhawatirkan kaca-kaca jendela di rumah kita akan pecah, yang dapat membahayakan tubuh kita. Bila anda berada dikendaraan, segeralah berhenti dan berjongkok atau meringkuk di sisi kendaraan jangan di Kolong kendaraan.

Pada tahap pascabencana yang perlu dilakukan dalam keluarga adalah dapat memberikan pertolongan darurat setelah terjadinya bencana yang biasanya sering diiringi dengan adanya kasus darurat lainnya, seperti patah tulang, terluka, terjadinya kebakaran pasca gempa akibat putusnya atau bocornya gas dilingkungan atau rumah kita.

Pada tahap ini diharapkan kita sudah lebih dulu mempelajari pertolongan pertama, sehingga kita bisa memberikan bantuan hidup dasar (pijat jantung luar dan pernafasan buatan), menghentikan pendarahan, pertolongan patah tulang, luka dan evakuasi atau pemindahan korban terluka/sakit. Juga diharapkan kita sudah belajar bagaimana menggunakan APAR disaat menemukan kebakaran awal.

Waspada terhadap bahaya susulan, jagalah komunikasi dengan keluarga kita di saat bencana dan pascabencana. Ikuti perkembangan terakhir terkait bencana dan ancaman lanjutan dari lembaga yang terpercaya. Hati-hati dengan rumor dan berita yang menyesatkan. Berita menyesatkan pasca gempa kerap terjadi dengan menginformasikan akan terjadi gempa susulan dengan kekuatan yang lebih kuat dan disebutkan waktunya. Ingat, kejadian gempa belum bisa diramalkan, carilah informasi gempa atau bencana lainnya dengan internet melalui website-website BMKG, BNPB dan BPBD atau ikuti melalui media sosial lembaga-lembaga tersebut.

Tulisan ini sudah terbit di Aceh Trend, Klik Di sini

Post a Comment for "Keluarga Sadar Bencana"