Lempar Batu Sembunyi Tangan
Saat di jalan menuju Matangglumpangdua dari Kutablang,
kebetulan di depan ku ada sekelompok ibu-ibu berseragam kuning-kuning yang
sedang duduk di dalam mobil dengan bak yang terbuka. Semula biasa saja, tetapi
tak berapa lama di perjalanan, ibu-ibu berseragam kuning itu membuang kulit
langsat yang mereka makan di tengah jalan, sontak hal itu menggangu kami yang
berada di belakang mobil yang mereka tumpangi. Ibu-ibu berseragam kuning itu
seolah-olah merasa tak bersalah, mereka terus saja membuang kulit langsat itu
di sepanjang jalan. Ibu-ibu berseragam kuning itu hanya tertawa terbahak-bahak
tanpa rasa malu. Aku sengaja melambatkan laju sepeda motor ku untuk melihat
siapa sih ibu-ibu berseragam kuning itu, pelan-pelan aku merapat ke samping
mobil dengan bak terbuka itu, memperhatikan dan ternyata mereka adalah pahlawan
tanpa tanda jasa yang biasa kudengar. Guru yang kuhormati, yang memberikan ilmu
dari A sampai Z dari 1 sampai 10. Gara-gara segelintir guru yang di jalan tadi,
merusak nama baik guru-guru lain. Di sekolah guru itu berkoak-koak menyuruh
anak muridnya untuk membuang sampah pada tempatnya, spanduk-spanduk yang isinya
anjuran membuang sampah pada tempatnya berserakan di sudut-sudut dinding
sekolah, seolah-olah suruhan itu hanya berlaku di sekolah saja. Bagaimana
generasi bangsa akan membanggakan negeri ini, yang mendidik mereka orang-orang
berilmu tetapi seolah-olah tak berilmu. Pandainya hanya menyuruh tapi nyatanya
munafik.
Tulisan ini hanya curahan hati seorang murid.
Posting Komentar untuk "Lempar Batu Sembunyi Tangan"
Posting Komentar