ONGAH
Pagi hari Ongah sudah sibuk menyiapkan perbekalan untuk beranjak
ke laut mencari ikan guna memperoleh sesuap nasi untuk keluarga. Dia pergi tak
seorang diri, dia bersama dua orang rekan sekampungnya. Ongah berangkat bersama
Rekanya menggunakan becak motor punya si Herman tetangganya. Ongah sudah
bekeluarga, dia dikaruniai anak, tiga lelaki dan seorang perempuan. Usia
anaknya yang paling tua dua belas tahun dan yang paling kecil satu tahun. Usia
anaknya terbilang rapat karena anak yang satu dengan anak yang lainnya jaraknya
hanya satu tahun. Ongah tidak menghiraukan imbauan pemerintah baginya setiap
makhluk yang terlahir di dunia ini, sudah diatur oleh Allah Swt.
Pukul 09.00 WIB matahari sudah mulai naik ke ufuknya. Ongah
bersama rekannya juga sudah sampai di penambatan kapal. Ongah dan rekannya sibuk menaikkan barang,
jaring, dirigen, tali untuk keperluan mereka melaut. Di kapal itu memuat empat
puluh orang di dalamnya, terdiri dari Tekong (Bos) krani dan pejabat lainnya
selebihnya merupakan anak buah kapal. Ongah dan rekannya berpetualang mencari
ikan selama lebih kurang sembilan hari, kadang-kadang Ongah dan temannya pulang
lebih awal karena mendapat tangkapan yang banyak sehingga peti-peti ikan di
lumbung kapal penuh semua. Selama Ongah di laut, sang istri tinggal sendirian
bersama anaknya, istri Ongah memenuhi kebutuhan sehari-harinya dari uang yang
dititip Ongah seadanya. Sang Istri harus pandai-pandai mengatur keperluan
hidupnya. Kadang kala uang yang dititip Ongah tak mencukupi kebutuhan istri dan
anak-anaknya. Mengingat anak-anaknya yang masih kecil memerlukan banyak
kebutuhan. Kalau memang uang yang ditinggkan Ongah habis terpaksa istri Ongah harus
mengutang ke kedai untuk membeli beras, minyak goreng, minyak tanah dan
keperluan lainnya.
***
Ongah merupakan ABK (Anak Buah Kapal) yang gajinya pas-pasan. Ongah
harus pandai-pandai mengatur ekonominya. Untuk menambah pendapatannya, Ongah
dan rekannya harus memancing di sela-sela istirahat yakni di siang hari
sedangkan di malam hari Ongah dan rekannya harus bekerja menarik pukat. Di kala
rezeki tidak ada, Ongah dan rekannya bisa pulang selama tiga hari dan membawa
pulang gaji sebesar satu juta rupiah tapi jika rezeki tidak ada, Ongah dan
rekannya hanya bisa menerima gaji tiga puluh ribu rupiah dari hasil tangkapan
mereka, mungkin sedikit tambahan uang dari hasil pancingan pribadi
masing-masing mereka.
Ongah pulang, dengan menjinjing plastik biru berisikan beberapa
ekor ikan,hasil dari tangkapan ikan untuk dimakan beberapa hari, juga untuk
dibagi-bagikan ke tetangga dan sanak saudara. Anak-anak Ongah sudah dari tadi menunggu
kepulangan ayahnya, karena biasanya sebelum pulang ke rumah, Ongah selalu
menelepon atau mengirim pesan singkat kepada istrinya. Di depan pintu sambil
bermain tak pakai baju dengan muka bercomeng-comeng dengan harapan ayahnya
membawa makanan kesukaan mereka, anak-anaknya berlari menuju ke arah barat
dimana ayahnya terlihat berjalan sambil menjinjing plastik biru dan tas ransel
di belakang punggungnya. Ongah mengeluarkan makanan dari sakunya, memberikan
satu persatu makanan ringan pada anaknya. Anak-anaknya sungguh senang sekali,
bahagia dengan senyum yang lebar sambil berlari-lari menuju rumah sambil
bersorak ria “Ayahku pulang Ayahku pulang.
***
Ongah menghampiri istrinya yang duduk di samping pintu dapur. “
Apa yang kau pikirkan adikku sayang, abangkan sudah pulang” Istri Ongah
menjawab, “Aku memikirkan hutang-hutang kita bang yang sudah banyak di kedai
orang dan kata orang Bang, Abang terlalu banyak mengutang dibanyak orang”. Ongah
hanya bisa diam bersandar di dinding. Ongah memang mempunyai sifat yang tidak
baik, sering berbohong bagaikan tong kosong nyaring bunyinya, mungkin peribahasa
itu cocok untuk menggambarkan tingkah laku si Ongah yang tak baik untuk ditiru,
juga banyak hutang di sana sini, kalau punya uang Ongah tidak membayar utangnya
malah membeli barang-barang yang tak berfaedah. Memang lumrahnya manusia kalau
membayar utang terlalu berat rasanya. Istrinya malu melihat tingkah laku
suaminya seperti itu, malu dengan tetangga dan saudaranya. Kadang kala ketika
istrinya mengutang, si yang punya kedai tidak memberikan karena hutang yang
lama juga belum dibayar, Istinya juga mencoba ke kedai yang lain, tapi hasilnya
tetap sama saja, akibat dari perbuatan si Ongah kadang-kadang istri dan anaknya
tidak makan atau hanya makan nasi sama garam sampai Ongah pulang dari laut.
Itupun kalau Ongah pulang dengan sebongkah rezekinya yang dia bawa pulang, tapi
kalau Ongah pulang dengan tangan hampa, terpaksa Ongah mengadu keluh kesah
rumah tangganya ke rumah ibunya yang ada di sebelah kampung. Kebetulan sang Ibu
punya sawah di belakang rumah yang membantu keperluan hidupnya. Ibu Ongah hidup
sebatang kara, karena suaminya telah lebih dulu menghadap sang Khalik.
Anak-anaknya juga sudah semua berkeluarga dan semuanya rata-rata sukses. Hanya
saja nasib si Ongah tak sama dengan saudara lainnya. Saudaranya sudah mapan-mapan
semua, sudah bisa membiayai keperluan hidup mereka tanpa meminta-minta ke orang
tuanya.
***
Hanya Ongah seorang diri yang kadang-kadang datang meminta belas kasih
ibunya untuk membantu kehidupan keluarganya. Ibunya yang sudah tua, seharusnya
sudah bisa bersantai berleha-leha menikmati jerih payah usaha yang telah
dibinanya, apalagi anak-anaknya yang sudah besar dan bekeluarga. Seharusnya Ongah
membantu ibunya yang sudah tua renta itu, bukan malah membebaninya dengan
masalah runyam kehidupanya. Ibunya terpaksa menyisihkan sedikit uang untuk
membantu Ongah anaknya, yang nasibnya kurang baik dari saudara-saudaranya.
Ibunya kasihan melihat menantunya berserta cucunya yang kadang-kadang tak makan
gara-gara anaknya. Kadang kala ibunya berkunjung ke rumah Ongah saat ia tidak
sakit untuk melihat anak, menantu dan cucunya. Ia bermalam di rumah Ongah
dengan membawa sekarung beras untuk kebutuhannya selama berada di rumah Ongah,
ia bawa bekal itu, karena tidak ingin merepotkan Ongah, ia hanya ingin
meringankan beban Ongah. Anak Ongah sangat senang ketika datang neneknya,
karena di saat datang neneknya seperti ada sedikit angin surga yang datang
berhembus, memberi uang dan makanan, kadang kala neneknya membelikan baju untuk
cucu-cucunya. Di satu sisi Ongah merasa malu, malu kepada diri sendiri,tetangga,
saudara dan keluarganya, karena tak bisa jadi anak yang membanggakan orang
tuanya. Tapi apa yang mau dikata, itulah nasib Ongah sinelayan yang malang.
***
Di kampung Ongah rata-rata mata pencaharian masyarakatnya adalah
nelayan selebihnya ada yang menjadi tukang bangunan, buruh di toko-toko makanan
dan pakaian. Anak-anak yang putus sekolah biasanya pergi ke laut menarik pukat
bersama ayah dan keluarganya. Mereka tampak lebih besar, tegap dan berotot,
setiap hari mereka makan ikan yang baru, serta masih segar dan banyak
proteinnya. Bukan seperti ikan yang ada di pasar, yang sudah seminggu bahkan
berbulan-bulan di dalam lemari pendingin dan diberi pormalin.
***
Kebanyakan tingkat pendidikan hanya setingkat SD, SMP dan yang
paling tinggi SMA, kalau sarjana bisa dihitung dengan jari. Faktornya ekonomi
dan lingkungan, lingkungan yang membentuk pribadi orang yang tinggal di
dalamnya. Tak ada yang bisa dijadikan contoh untuk memulai pendidikan yang
lebih tinggi, semuanya pelaut. Tak bisa bercerita kepada sang anak “lihat
sipaulan sekolahnya tinggi, sudah kerja dan jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil),
tak terbanyang pun untuk melamar menjadi PNS,tak ada yang sibukpun ketika
dibuka pendaftaran CPNS. Kadang hanya terdengar di Kota seberang, dari ayahnya
pejabat, kemudian anaknya juga pejabat, hanya mereka saja yang menikmati
jabatan itu.Dan ada juga dari sepuluh tahun yang lalu sampai sekarang sudah
lima belas tahun masih orang yang sama menjabat. Si Ongah berfikir “apakah di
negeri ini tidak ada orang yang lebih hebat dan cerdas dari Dia, atau Dia sudah
menyuap mulut mereka agar memilih dia”. Ah sudahlah aku orang kampung, aku
orang susah, aku orang tak sekolah, pening memikirkan mereka. Ongah juga tidak
tamat SD, tapi bisa membaca, berhitung dan mengaji. Anaknya yang paling besar
masih kelas lima, mudah-mudahan dapat lanjut ke tingkat selanjutnya.
Posting Komentar untuk "ONGAH"
Posting Komentar