Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tun Sri Lanang Dato Bendahara Negeri Johor dan Raja Samalanga


Selasa, 3/3/15 saya dan teman-teman beranjak dari Bireuen menuju Meunasah Lueng Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen untuk berkunjung ke rumah Tun Sri Lanang, Tun Sri Lanang merupakan seorang ahli pemerintahan dan pujangga Melayu dengan karyanya yang monumental berupa kitab Salalatus Salatin, Sultan Iskandar Muda juga menjadikan Tun Sri Lanang sebagai penasehatnya dengan gelar Orang kaya Datuk Bendahara Sri Paduka Tun Sebrang dan memberikan wilayah kekuasaannya di Samalanga yang dibatasi dengan Krueng Ulim dan krueng Jempa (AK Yakobi: 1997: 40 - 48).
Sultan Iskandar Muda juga mengangkat Tun Sri Lanang sebagai Raja Samalanga dan mendapat dukungan rakyat yang ahli dibidang pemerintahan juga alim dalam ilmu agama.


Perjalanan kami tempuh sekitar 2 jam, di tengah perjalanan kami singgah di makam syahid Delapan, makam syahid Delapan merupakan makam para pahlawan yang memperjuangkan Aceh dari jajahan Belanda, kenapa dinamakan Makam Syahid Delapan karena jumlah meraka ada delapan orang diantaranya:

1. Tgk Panglima Prang Rajeuk Djurong Bindje
2. Tgk Muda Len Mamplam
3. Tgk. Njak Bale Ishak Blang Mane
4. Tgk. Meureude Tambue
5. Tgk. Bale Tambue
6. Apa Sjech Lantjak Mamplam
7. Muhammad Sabi Blang Mane
8. Njak Ben Matang Salem Blang Teume


Dikisahkan pada tahhun 1902, delapan orang ini memusnahkan sepasukan patroli serdadu marsose Belanda sebanyak 24 orang, dikal 8 orang ini sedang mengumpulkan senjata serdadu yang telah mati, tiba-tiba mereka diserang oleh pasukan Belanda lainnya yang datang memberi bantuan dari jurusan Jeunib, kedelapan pahlawan tersebut syahid semuanya sebagai bunga bangsa.



Selanjutnya, kami melakukan perjalanan kembali, menuju Gampong Meunasah Lueng,  menuju rumah Tun Sri Lanang, kami juga singgah beberapa menit untuk beristirahat sambil makan dan minum kemudian melanjutkan perjalanan.
Tiba di lokasi rumah Tun Sri Lanang, kesan yang pertama yang saya rasakan senang bercampur sedih, senang ketika sudah sampai ketujuan yang diinginkan, tapi sedih melihat kondisi rumah dan makam Tun Sri Lanang beserta keluarganya yang tidak terpelihara, tidak terawat dan terlantar dibiarkan begitu saja, padahal di tempat ini sangat indah, ada pohon besar, ada rumah Aceh yang masih bagus.



Saran penulis baiknya pemerintah Bireuen tinggal mempoles sedikit saja tempat ini, tinggal memelihara, memperbaiki pagar, untuk dijadikan wisata sejarah Islami, ditambah lagi disediakan pemandu untuk menjelaskan sejarah Tun Sri Lanang beserta keluarganya.


Dilokasi kami disambut oleh seorang ibu penjaga Makam Tun Sri Lanang, beliau sedikit menjelaskan sejarah Tun Sri Lanang sayang beliau tidak banyak mengetahui sejarah Tun Sri Lanang, karena yang lebih tahu adalah anaknya, kebetulan anak beliau lagi di luar kota, maka kami tidak banyak dapat memperoleh informasi tentang Tun Sri Lanang.
Kami hanya bisa membaca sedikit sejarahnya melalui spanduk berukan besar yang di pajang di sekitar rumah Tun Sri Lanang, yang kondisinya pun sudah mengenaskan karena usianya yang sudah lama ujar si ibu penjaga makam. 


Setiap setahun sekali keturunan Tun Sri Lanang dari Malaysia datang untuk berziarah dan membersihkan pekarangan makam, sungguh menurut saya ini memalukan, ini tamparan bagi pemerintah Bireuen atau masyarakat di daerah ini, begitu besarnya kecintaan keturunan Tun Sri Lanang sampai-sampai setiap tahun datang hanya untuk berziarah dan membersihkan pekarangan makam, kenapa penduduk setempat tidak menjaga aset daerahnya ? kalau saja pemerintah dan masyarakat daerah pandai memanfaatkan moment ini, mungkin mereka akan sejahtera dan gampong Meunasah Lueng ini dapat dikenal di seluruh Aceh, Nasional ataupun Internasional.


Bisa kita lihat kabupaten sebelah, hanya sedikit memoles Goa Jepang, yang dulunya hanya goa biasa, sekarang dirubah menjadi ikon wisata, pada hari sabtu, minggu dan hari-hari libur lainnya penuh disesaki para pengunjung dari daerah itu sendiri maupun dari Bireuen, yang haus akan hiburan. Dalam seminggu tukang parkir saja dapat memperoleh jutaan rupiah, kenapa kita di Bireuen tidak bisa membuat seperti itu, menurut saya Makam  Tun Sri Lanang lebih indah dibandingkan dengan Goa Jepang Lhokseumawe, kesan unik dan masa lalu masih terlihat, suasana yang asri makin menambah kecantikan kawasan Makan Tun Sri Lanang. [MA]

1 komentar untuk "Tun Sri Lanang Dato Bendahara Negeri Johor dan Raja Samalanga"

Posting Komentar